Oleh: Moh. Rasul Junaidy
(Pemimpin Redaksi)
Pada tanggal 25 November 2023, Indonesia akan memperingati Hari Guru sekaligus merayakan HUT ke-78, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Hari yang dipenuhi dengan makna mendalam ini menjadi momen untuk mengenang peran penting para pendidik dalam membangun masa depan bangsa.
Namun, di balik semangat peringatan yang hangat, kita tak bisa melupakan tahun 2018 sebagai tahun yang meninggalkan luka mendalam dalam sejarah pendidikan Indonesia, terutama di kota kecil Sampang. Di sana, kepergian Ahmad Budi Cahyono, atau yang akrab kita kenal sebagai ABC, meninggalkan kenangan yang sulit terlupakan.
ABC bukanlah hanya seorang guru, tetapi juga seorang seniman multitalenta yang memancarkan inspirasi kepada semua orang di sekitarnya. Kepergiannya meninggalkan kekosongan besar dalam dunia pendidikan di Sampang. Setiap momen mengajar menjadi perjalanan menuju pengetahuan dan kesan yang mendalam bagi siswa-siswanya.
ABC adalah contoh nyata dari seorang pendidik yang tidak hanya mengajar, tetapi juga membentuk karakter. Ia mendorong siswa-siswanya untuk terlibat dalam berbagai kegiatan seni, penelitian, dan kolaborasi dengan komunitas.
Saat kita merayakan Hari Guru dan HUT PGRI tahun ini, mari kita mengenang ABC sebagai salah satu perwujudan idealisme seorang pendidik. Warisannya akan terus menginspirasi kita, mengingatkan bahwa peran seorang guru tak hanya selesai di dalam kelas, tetapi juga dalam membentuk masa depan bangsa.
ABC, seorang guru seni rupa di SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan. Ia dikenal sebagai sosok pendiam namun penuh talenta, yang selalu memberikan yang terbaik untuk siswa-siswanya. Namun, takdir tragis menimpanya pada tahun 2018 ketika ia meninggal dunia akibat dianiaya oleh salah seorang muridnya.
Kisah hidup ABC adalah perjalanan yang menginspirasi. Bakat seni rupanya yang luar biasa telah bersinar sejak dia masih duduk di SDN Tanggumong 2. Bahkan pada waktu itu, dia telah meraih juara 1 dalam kompetisi seni tingkat nasional. Bakatnya membimbing langkahnya ke SMA Negeri 1 Torjun, di mana ia kemudian menjadi guru seni rupa.
Sebagai seorang guru, ABC membawa semangatnya untuk seni ke dalam kelas. Ia tidak hanya mengajarkan teknik seni, tetapi juga membantu siswa-siswanya mengekspresikan diri melalui seni. Dedikasinya menciptakan atmosfer positif di sekolah, dan siswa-siswanya sangat menghormatinya.
Selain perannya sebagai guru, ABC juga seorang seniman. Dia memiliki kelompok musik dan senang melukis. Musik dan seni menjadi cara baginya untuk mengekspresikan perasaan dan ide kreatifnya. Karyanya sering dibagikan di media sosial, memperlihatkan bakat dan dedikasi yang luar biasa dalam seni.
Namun, ada satu hal yang membuat cerita ini semakin mengguncang. Sehari sebelum kematiannya yang tragis, ABC mengunggah sebuah video di akun Instagramnya. Video tersebut berisi cuplikan dari album musik yang dia mainkan bersama grup musiknya.
Lirik lagu yang dia bagikan terdengar menggetarkan hati, seolah-olah dia memberikan pesan terakhir. “Satu, satu pergi…. satu, satu hilang….” bunyi lirik yang diunggah pada tanggal 3 Januari 2018.
Video tersebut memunculkan pertanyaan yang mendalam. Apakah ABC memiliki firasat tentang nasibnya yang akan datang? Apakah pesan dalam lirik lagu tersebut adalah cara dia untuk mengucapkan selamat tinggal? Pertanyaan-pertanyaan ini tetap tak terjawab, tetapi mereka membuat kita lebih menghargai kehidupan ABC dan warisannya yang tak ternilai.
Tragedi ini juga menjadi sorotan terhadap tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Kasus kekerasan terhadap guru menjadi isu yang perlu mendapat perhatian serius. Perlindungan dan penghormatan terhadap guru adalah kunci dalam menjaga integritas dunia pendidikan.
Kisah hidup ABC adalah kisah inspiratif tentang seseorang yang memberikan yang terbaik dalam dunia pendidikan dan seni. Meskipun ceritanya berakhir tragis, warisannya akan selalu menginspirasi kita untuk menghargai dan mendukung para pendidik yang begitu berharga dalam membentuk masa depan generasi muda.
Pendidikan adalah tonggak utama pembangunan sebuah bangsa. Mari kita hargai, apresiasi, dan kenang jasa serta dedikasi para pendidik, termasuk ABC, yang telah memberikan pengabdian tanpa batas bagi generasi penerus.
ABC telah pergi, tetapi jejaknya tetap hidup dalam kisahnya yang luar biasa. Meskipun tak ada lagi di antara kita, warisannya akan terus menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Selamat jalan, ABC, guru, seniman, dan pahlawan tanpa tanda jasa. Dan, Selamat Hari Guru! Selamat ulang tahun ke-78 PGRI!
Semoga semangat pengabdian dan kepedulian para pendidik senantiasa menginspirasi dan membawa perubahan positif bagi pendidikan di negeri ini. (*)