Abdulloh Kafabih, Santri Pertama di Mauritania

MADURA NETWORK245 Dilihat

TAK seperti kebanyakan muslim Indonesia yang melanjutkan ilmu agamanya ke Mesir, Saudi, Yaman, dan negara timur tengah lainnya. Abdulloh Kafabih memilih Mauritania. Ia beralasan orang-orang Mauritania merupakan muslim yang luar biasa dalam menuntut ilmu. “Salah satu yang menjadi budaya di Mauritania, jika ada anak tidak menghafal Al-qur’an di usia 7 tahun akan menjadi aib bagi kedua orang tuanya,” ujar warga Tenonan, Kecamatan Manding, Sumenep.

Menurut putra bungsu dari 4 bersaudara pasangan H Syukri dan Hj Tura, selama 3 tahun di sana, ia sudah mulai mahir berbahasa lokal seperti Bahasa Kreol, Inggris, dan Perancis. “Barangkali saya WNI pertama yang belajar agama di Mauritania,” katanya. Masyarakat di sana, tambahnya, adalah masyarakat yang ramah dan bersahaja.

Mauritania adalah sebuah negara di wilayah Maghreb di Afrika Utara Barat. Negara ini berbatasan dengan Aljazair, Mali, Senegal, dan Sahara Barat. Menurut dia, 100 persen warga Mauritania muslim. Ada juga komunitas kecil Kristen, terutama dari kewarganegaraan asing. “Secara umum, toleranasi berjalan harmonis,” katanya.
Muslim Mauritania merupakan muslim sunni. Penyebaran Islam melalui pendekatan kultural. Dahulu, warga Mauritania memiliki kepercayaan tradisional dengan menyembah roh nenek moyang. Melalui pendekatan kultural, tradisi kepercayaan ini dapat beralih ke ajaran tauhid. (san)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *