Foto: google.com
WASHINGTON, maduranetwork.com — Amerika Serikat (AS) sedang berupaya memperbaiki kembali hubungan Arab Saudi dengan Israel yang belakangan kembali retak, terutama di saat Iran berdamai dengan Saudi atas bantuan Cina. Namun dalam suatu laporan disebutkan Saudi siap berdamai dengan Israel kembali dengan sejumlah syarat.
Laporan tersebut menyebutkan Arab Saudi mencari sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi oleh AS sebagai imbalan atas normalisasi hubungannya dengan Israel. Menurut New York Times, Arab Saudi mengatakan mereka bisa saja menormalkan hubungan dengan Israel jika AS memberikan jaminan keamanan, bantuan dalam program nuklir sipilnya, dan pencabutan pembatasan penjualan senjata ke kerajaan tersebut.
Niat dan kondisi tersebut dilaporkan dan dikomunikasikan ke Washington oleh pejabat senior Saudi tahun lalu, ketika mereka berbicara dengan pakar kebijakan di AS seperti anggota Washington Institute for Near East Policy, sebuah badan kebijakan dan pemikir pro-Israel, yang sempat mengunjungi Riyadh pada Oktober 2022.
Direktur Eksekutif Washington Institute for Near East Policy, Robert Satloff dan anggota delegasi yang berkunjung, kemudian menulis dalam sebuah laporan, para pemimpin senior Saudi pada saat itu mencatat dengan pahit apa yang mereka yakini sebagai ketidakpedulian AS terhadap masalah keamanan Saudi.
New York Times mengutip dua sumber anonim yang mengetahui masalah tersebut, yang mengatakan negosiasi AS dipimpin oleh koordinator Dewan Keamanan Nasional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Brett McGurk, serta pembantu utama Presiden Joe Biden untuk masalah energi global, Amos Hochstein.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman dilaporkan awalnya memainkan peran langsung dalam negosiasi, tetapi baru-baru ini mereka diambil alih oleh duta besar Saudi di Washington, Putri Reema binti Bandar Al Saud.
Baik AS maupun Arab Saudi belum mengomentari pengungkapan tersebut, tetapi analis mencatat, jika Biden dan pemerintahannya bersedia memenuhi tuntutan tersebut, Kongres AS kemungkinan menjadi batu sandungan utama karena fakta bahwa banyak anggota, terutama dari kubu Demokrat menentang hubungan khusus dengan Kerajaan Saudi dan mendorong untuk menurunkan hubungan intensif tersebut.
Senator Christopher S Murphy, seorang petinggi kubu Demokrat di Connecticut dan anggota Komite Hubungan Luar Negeri, mengomentari hubungan khusus itu. “Hubungan kami dengan Arab Saudi harus menjadi hubungan bilateral langsung. Itu tidak boleh dilakukan melalui Israel,” katanya seperti dilansir Middle East Monitor.
Menurut Murphy Saudi secara konsisten berperilaku buruk, berulang kali. “Jika kita akan menjalin hubungan dengan Saudi di mana kita melakukan penjualan senjata yang lebih signifikan, itu harus ditukar dengan yang lebih baik. perilaku terhadap Amerika Serikat, bukan hanya perilaku yang lebih baik terhadap Israel,” dia menegaskan.
Rintangan lain yang menonjol untuk kesepakatan semacam itu adalah meningkatnya kekerasan oleh pemukim Yahudi Israel di wilayah Palestina yang diduduki Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Kondisi ini telah menyebabkan bentrokan antara pemukim – yang dilindungi oleh militer Israel dan warga Palestina.
Bersamaan dengan itu, pasukan Israel telah meningkatkan serangan mereka di kota-kota dan kamp-kamp di Tepi Barat, lebih sering membunuh puluhan warga Palestina. Kenaikan eskalasi itu telah mengakibatkan meningkatnya kecaman Saudi terhadap Israel dalam beberapa bulan terakhir, dan kerajaan terus mendukung sikapnya itu hanya akan menormalkan hubungan setelah negara Palestina didirikan.
Meskipun New York Times melaporkan bahwa sumber-sumber yang mengetahui diskusi tersebut percaya Riyadh masih bersedia untuk berkompromi atas permintaan itu, namun kecaman Saudi soal Tepi Barat itu, masih tetap menjadi kendala potensial dalam normalisasi hubungan dengan Israel.
Mantan duta besar AS untuk Israel selama pemerintahan mantan presiden Bill Clinton, Martin Indyk, seperti dikutip New York Times itu mengatakan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sangat menginginkannya (Arab Saudi bergabung dengan Abraham Accords), dan dia hanya bisa mendapatkannya dengan bantuan Biden.
Indyk menambahkan bila hal itu diinginkan Israel, maka akan membuat Biden lebih kuat dari Netanyahu, dan Biden harus membujuk Netanyahu mengurangi eskalasi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Hanya beberapa jam setelah pernyataan itu dirilis, Arab Saudi justru setuju membuat keputusan mengejutkan. Dibantu Cina, Saudi siap memulihkan hubungan diplomatik dengan Iran.
Tampaknya hal ini memberikan hambatan lain untuk hubungan Saudi-Israel, karena Tel Aviv bertaruh pada persaingan Riyadh dengan Teheran sebagai motivasi utama untuk bergabung dengan Abraham Accords.
Namun Seorang pejabat Israel, masih bersikeras, bagaimanapun, meyakinkan hubungan Saudi yang diperbarui dengan Iran tidak akan merusak tawaran normalisasi Netanyahu untuk kerajaan tersebut. (*)
Sumber republika