SUMENEP, maduranetwork.com – Majelis Cinta Nyongsang Nyonglet, menjadi saksi dari sebuah peringatan yang penuh makna dan khidmat, yakni peringatan Maulid Nabi Shallallahu alaihi wasallam.
Acara memperingati kelahiran Nabi Shallallahu alaihi wasallam itu dihadiri oleh puluhan jamaah di rumah salah satu anggota Majelis Cinta Nyongsang Nyonglet, Achiex’s. Mereka berkumpul untuk merayakan dan meneladani ajaran serta teladan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam serta menggali hikmah-hikmah kehidupannya.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun sebagai salah satu upaya untuk mendekatkan diri kepada ajaran dan keteladanan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Maulid ini menghadirkan ulama terkemuka, Kiai Said, dari Dusun Congkak, Ambunten, Sumenep, sekaligus pengasuh Majelis Cinta Nyongsang Nyonglet.
Dalam ceramahnya, Kiai Said menekankan pentingnya meneladani teladan yang dicontohkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam penjelasan yang ringan dan mudah dicerna, Kiai Said memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana umat Islam dapat lebih mendekati dan memahami sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu poin penting yang disoroti oleh Kiai Said adalah tentang kasih sayang yang diberikan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada seluruh mahluk ciptaan Allah. Dalam ceramahnya, alumni Pondok Pesantren Mathali’ul Anwar, Pangarangan, Sumenep ini menjelaskan bahwa sebagian besar mahluk, bahkan tumbuhan dan binatang, memiliki rasa kerinduan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Kisah-kisah yang dicatat dalam beberapa kitab menggambarkan betapa mendalamnya hubungan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mahluk Allah yang lain,” ujar alumni PP Al Anwar, Sarang, Rembang itu.
“Sebagai umat yang mengaku mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, kita harus memahami bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pun mencintai seluruh ciptaan Allah, termasuk juga binatang dan tumbuhan,” jelasnya.
Salah satu cerita yang diangkat Kiai Said adalah kisah Abu Bakar RA, sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang terkenal dengan kesetiaannya. Dalam kisah tersebut, ketika perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar RA memutuskan untuk berteduh di sebuah gua bernama Gua Tsur. Di sini mereka bersembunyi selama tiga hari.
Saat itu, salah satu kaki Abu Bakar RA disengat ular saat mau keluar dari lobang. Meski kakinya terkena bisa ular, namun Abu Bakar RA tidak bergerak karena takut mengganggu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang tidur. Bahkan, Abu Bakar dengan sabar menahan sakit saat racun ular mulai bereaksi di kakinya hingga mengeluarkan tetesan air mata.
Semua itu dia lakukan karena cinta di dalam hati Abu Bakar RA kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bagi dirinya baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah segalanya. Ibarat seorang kekasih, semua yang dilakukannya adalah untuk kekasihnya pujaannya itu.
Tetesan air mata Abu Bakar mengenai Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang membuatnya terbangun. ”Mengapa engkau menangis ya Abu Bakar,” tanya Nabi. Abu Bakar menjelaskan bahwa jari kakinya kena gigitan ular. “Ya Rasulullah! Jika saya membiarkan ular itu keluar dari lobang, saya khawatir hal ini akan mengganggumu wahai utusan Allah,” jawab Abu Bakar RA.
Lalu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab sembari tersenyum, “Jangan khawatir, ular itu mencintaiku, ia hanya ingin melihatku.” Kemudian, Abu Bakar RA melepaskan kakinya dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam mengoleskan air liurnya yang diberkati pada gigitan ular itu.
Hal ini segera membuat Abu Bakar RA merasa lega. Akhirnya ular itu keluar dari lubang dan memenuhi keinginannya untuk melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Atas izin Allah Subhanallahu ta’ala, ular itu berbicara, “Saya sangat rindu melihatmu wahai Rasul Allah. Saya menggigit kaki Abu Bakar karena menghalang-halangiku untuk keluar dan ingin berjumpa denganmu Nabi.”
Cerita ini menjadi pengingat bagi para jamaah yang hadir tentang betapa mendalamnya seluruh mahluk Allah juga merindukan untuk berjumpa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan ular sekalipun. “Karena sekarang kita tidak melihat langsung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan memperingati maulid ini akan menjadi sarana kecintaan dan kerinduan kita kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,” ujar Kiai Said
”Saya mengingatkan bahwa sebagai umat yang mengikuti sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, kita harus senantiasa berusaha untuk mendekati ajaran beliau dengan penuh cinta dan kasih sayang kepada sesama mahluk,” tambahnya.
Pesan maulid ini tidak hanya menjadi momen refleksi bagi jamaah yang hadir, tetapi juga mengingatkan mereka tentang pentingnya menjadikan ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari.
Di akhir ceramahnya, Kiai Said berpesan bahwa Maulid Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bukan hanya tentang perayaan satu hari, melainkan sebuah panggilan untuk selalu mengikuti jejak dan keteladan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam setiap langkah kehidupan.
Peringatan Maulid Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang digelar Majelis Cinta Nyongsang Nyonglet tahun ini menjadi momentum untuk mengingatkan jamaah tentang nilai-nilai Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Semoga ajaran dan keteladan beliau terus menginspirasi umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh cinta, kepedulian, dan ketakwaan kepada Allah Subhanallahu ta’ala. (rj)