SUMENEP – Kasus penangkapan terduga teroris kembali menggemparkan Kabupaten Sumenep setelah Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri mengamankan seorang pria berinisial SQ (44) di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, yang diduga terlibat dalam jaringan terorisme.
Sebelumnya, pada tahun 2022, seorang ketua yayasan asal Sumenep juga ditangkap karena keterkaitannya dengan kelompok teroris. Kasus-kasus ini meninggalkan jejak kekhawatiran di kalangan masyarakat setempat, terutama terkait dengan peran aparat keamanan dalam mencegah penyebaran paham radikal.
Menurut Kepala Desa Waru, Pardijo Siswo Martono, SQ merupakan warga asli Desa Prenduan Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, yang sudah lama menetap di Desa Waru, Kabupaten Sukoharjo, bersama keluarganya.
“Pendatang, asli Sumenep Jawa Timur. Di sini tinggal bersama istri dan anaknya, memiliki lima anak,” kata Pardijo, sebagaimana dilansir dari Inilahjateng pada Selasa (5/11/2024).
Meski sudah ada beberapa kasus penangkapan terduga teroris yang berasal dari Sumenep, masyarakat merasa aparat di daerah tersebut belum cukup maksimal dalam menangani masalah ini. Inyoman S, seorang warga setempat, mengungkapkan kekecewaannya terhadap Kodim Sumenep yang menurutnya kurang berperan dalam pencegahan terorisme.
Ia menyebutkan bahwa Kodim Sumenep lebih banyak terlibat dalam kegiatan pertanian dan pendampingan petani, tanpa memberikan edukasi yang cukup kepada masyarakat mengenai bahaya terorisme.
“Sebagai masyarakat, saya tidak pernah mendengar Kodim Sumenep mengedukasi kami tentang bahaya paham terorisme. Kegiatan mereka banyak seputar pertanian, tapi tidak ada sosialisasi mengenai ancaman terorisme,” tegas Inyoman.
Sebagai tanggapan, Frengky, Bati Intel Kodim Sumenep, mengakui adanya masalah terkait isu terorisme di daerah ini dan menegaskan bahwa pihaknya telah mendengar kabar tentang kelompok yang memanfaatkan kotak amal untuk menghimpun dana terorisme.
Namun, Frengky juga menjelaskan bahwa peran Kodim adalah lebih kepada pemantauan dan memberikan pemahaman kebangsaan kepada masyarakat, terutama kepada para pelajar.
“Kami terus memberikan pemahaman kebangsaan kepada masyarakat, agar mereka tahu nilai-nilai toleransi dan keharmonisan yang harus dijaga bersama,” kata Frengky.
Sumenep, yang dikenal sebagai daerah yang damai dengan masyarakat yang sangat toleran, kini dihadapkan pada tantangan baru dalam menjaga keamanan dan kedamaian dari ancaman terorisme.
Masyarakat diharapkan lebih aktif dan bekerjasama dengan aparat untuk melindungi nilai-nilai kebangsaan dari paham radikal yang dapat merusak keharmonisan hidup bersama. (sdm)