ARJASA, maduranetwork – Mengabdi di daerah terpencil dengan infrastruktur rusak merupakan tantangan tersendiri. Ditambah lagi dengan kawasan zero sinyal. Meski demikian, tenaga medis ini tak pernah menyerah demi bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bagaimana kisahnya, berikut laporan Ruslan Alfian dari Arjasa, Kangean.
Meidia Kurniansyah (40) atau yang akrab disapa Meidia barangkali bisa menjadi inspirasi bagi abdi negara lainnya, khususnya tenaga kesehatan. Pria kelahiran Sumenep 11 Mei 1983 harus menempuh perjalanan yang sangat melelahkan untuk sampai di tempat kerja maupun kembali ke rumahnya.
Setiap hari, pria paruh baya itu menjalankan tugasnya melewati jalan berlumpur. Terjatuh dari motor hingga baju penuh lumpur sudah menjadi hal biasa. Kondisi ini bertambah parah ketika kawasan itu zero sinyal. Ia tak pernah menyerah. Panggilan hatinya sebagai tenaga medis menuntunnya untuk terus melayani masyarakat.
Bapak dua anak ini harus menempuh jarak sekitar 18 kilometer dari rumah ke tempat kerja melalui jalan berlumpur atau lewat pematang sawah karena belum ada jalan beraspal.
“Kalau naik sepeda motor membutuhkan waktu satu jam, namun kalau melewati laut, dari Pelabuhan Kalisangka ke Desa Buddi memakan waktu sekitar 2 jam. Itupun menghadapi ombak besar ketika cuaca tak bersahabat,” katanya.
Desa Buddi sendiri merupakan salah satu dari 19 desa di Kecamatan Arjasa yang sangat jauh, daerah ujung selatan Kecamatan Arjasa dengan jarak tempuh kurang lebih 17 kilometer.
“Saya pernah naik motor berangkat jam 2 siang sampai di rumah jam 9 malam,” kenang Meidia. Namun, ia tak sedikitpun mengeluh. Sebaliknya memaknai pekerjaannya itu sebagai nikmat Tuhan yang harus disyukuri.
Pada saat musim kemarau akses jalan menuju Desa Buddi tepatnya Dusun Seroteng harus melewati pematang sawah layaknya motor cross. “Jika musim hujan harus melawan lumpur sawah,” timpal Hamsul, seorang guru P3K SDN Buddi.
Meidia menambahkan bahwa pekerjaan yang dijalaninya membutuhkan dedikasi dan kesabaran yang tinggi. “Jadi semua tergantung niat. Untuk melayani masyarakat apapun resikonya atau tantangannya saya jalani dengan ikhlas,” tegasnya.
Suka duka dalam melayani masyarakat sudah melekat pada pria murah senyum ini. Kepada maduranetwork, Meidia pernah merasakan ombak setinggi empat meter saat perjalanan dari Pelabuhan Kalisangka menuju Tembeng. “Demi tugas semua harus dijalani,” ujarnya.
Namun rasa lelah seketika lenyap saat tiba dan hendak melayani masyarakat, menatap warga yang menyambut dengan wajah ceria. Meidia bangga dengan profesinya sebagai tenaga kesehatan, meski hanya melayani di daerah terpencil. Alasan soal profesinya di daerah terpencil, hanya ingin melayani banyak orang karena minimnya akses kesehatan.
Alumni Akademi Perawat (Akper) Pamekasan itu memulai pengabdiannya sebagai tenaga sukarelawan di Puskesmas Arjasa tahun 2005. Lima tahun kemudian tepatnya tahun 2010, ia menjadi tenaga kontrak di Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Buddi, Kecamatan Arjasa. (*)