SAPEKEN – Sejumlah petani di Kepulauan Sapeken, Sumenep, mengeluhkan krisis pupuk yang terjadi memasuki musim tanam tahun ini.
Menurut mereka, ketidaktersediaan pupuk di pasaran membuat mereka terlambat memulai proses bercocok tanam, padahal musim penghujan sudah mulai datang.
Para petani mengungkapkan bahwa mereka sangat bergantung pada pupuk untuk memastikan hasil pertanian yang optimal. Namun, sejak awal musim penghujan, distribusi pupuk di wilayah tersebut masih belum terpenuhi dengan baik.
Hal ini membuat mereka terancam gagal panen atau mengalami penurunan hasil karena keterlambatan dalam memulai tanam.
“Saat ini kami sudah masuk musim penghujan, tapi pupuk yang kami butuhkan belum ada. Kami terpaksa menunda tanam karena tanpa pupuk, tanaman tidak akan berkembang dengan baik,” ujar Sukding salah seorang petani di pulau Saebus Sapeken, Kamis (7/12).
Para petani juga menyatakan bahwa krisis pupuk ini sudah terjadi sejak beberapa bulan terakhir dan semakin parah menjelang musim tanam.
Mereka berharap pemerintah dapat segera memberikan solusi agar distribusi pupuk ke daerah kepulauan dapat lancar dan tepat waktu.
“Kami berharap pemerintah segera turun tangan. Tanpa pupuk, usaha pertanian kami bisa terancam gagal. Padahal, jika terlambat tanam, kami akan merugi besar,” tambah Sukding
Kondisi ini juga berdampak pada petani yang mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian utama. Beberapa petani bahkan terpaksa mencari alternatif lain, namun tetap mengharapkan adanya intervensi dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini.
Pemerintah daerah diharapkan segera menanggapi keluhan ini dan mempercepat distribusi pupuk ke daerah kepulauan untuk memastikan petani dapat memulai musim tanam tepat waktu.
Kepala DKPP Sumenep Chainur Rasyid mengku bukan ke wenangan dinas pertanian soal distribusi pupuk “kalau soal distribusi pupuk itu kewenangan Diskop UKM dan Perindag Kabupaten Sumenep” terangnya