MEMBACA kitab Arab gundul [tulisan arab tanpa harakat] atau kitab kuning adalah sebuah kemampuan yang seharusnya dimiliki setiap penimba ilmu syar’i. Kemampuan membaca kitab kuning akan sangat membantu memahami dalil Al-Kitab maupun As-Sunnah. Pengasuh PP Al Madinah Sumber Mas, KH Mufti Khazin menemukan cara mudah dan cepat mahir dalam membaca kitab kuning. Berikut petikan wawancara dengan wartawan Madura Network, Suhairi.
Mengapa metodenya menggunakan nama Al Fatih?
Diberi nama Al Fatih, pertama, selama ini kesan umum bagi santri, belajar Nahwu itu susah. Sama dengan Konstantinopel, selama 800 tahun itu susah ditaklukkan. Baru setelah ada Nabi Muhammad, Konstantinopel bisa ditaklukkan. InsyaAllah setelah ada Metode Al Fatih, belajar membaca kitab gundul itu akan menjadi mudah atau bisa “ditaklukkan”. Buktinya, anak 1 SD sudah bisa. Dulu, penemunya (KH Mufti, Red.) umur segitu itu belum bisa. Saya sendiri baru bisa membaca dan memahami Safinatun Naja itu ya hampir lulus madrasah aliyah.
Tadi dijelaskan terdapat 6 level dalam Metode Al Fatih?
Level I itu santri hanya dituntut bisa membaca kitab gundul dengan cara melatih daya ingat santri. Level II santri dituntut mampu membaca harokat dengan maknanya, memahami Arab pegon dengan kode-kode yang ada. Pada level III, santri dituntut mampu membaca yang gundul dengan artinya. Kalau level IV itu sudah bisa dipertanggungjawabkan. Artinya, santri sudah bisa memahami kedudukan nahwunya. Kalau sudah level V, santri bisa memahami dengan Shorrofnya. Nah, jika sudah level VI, santri sudah bisa membaca kitab Safinatun Naja, mengetahui posisi nahwunya, bisa menjelaskan dari segi Shorofnya dan bisa menjelaskan terkait pemahaman kalimat yang dibaca.
Mengapa muncul inisiatif untuk melahirkan Metode Al Fatih?
Sebagai seorang pendidik, saya ingin menyajikan cara yang lebih mudah lagi dari metode yang ada. Sebab menurut saya, tidak ada murid yang bodoh. Yang ada adalah guru yang tidak tahu cara memperlakukan muridnya dengan benar. Nah, Metode Al Fatih ini lebih ke bimbingan. Jadi, saya yakin ini akan lebih mudah diterima oleh santri karena memang caranya sangat sederhana dan sangat mudah digunakan. Bahkan, sejak saya nyantri saya sudah memikirkan hal ini. Saya sempat membuat skema-skema untuk bisa membaca kitab gundul secara cepat. Tetapi ternyata tetap saja sulit.
Adakah kemungkinan, Pak Kiai akan mencetuskan metode lain yang lebih canggih atau lebih elementer lagi?
Ya, untuk sementara masih Metode Al Fatih ini. Sebab, metode ini sangat elementer dan tanpa membutuhkan banyak syarat yang harus dipenuhi. Dalam menggunakan metode ini, santri yang penting mampu membaca Al Quran dengan lancar.
Apakah yakin metode ini akan diterima masyarakat secara lebih luas?
Ya, saya yakin metode ini akan diterima masyarakat secara lebih luas.