Tutup Ruang Politisasi SARA

POLITIKA522 Dilihat

SUMENEP, maduranetwork.com – Wakil Ketua DPC Partai Demokrat Sumenep, Syafrawi SH MH memprediksi polarisasi politik pada Pemilu 2019 masih terus membayangi-bayangi Pemilu 2024.

”Polarisasi politik di masyarakat terjadi karena adanya dua kelompok yang secara politis berbeda pandangan dalam memaknai isu, kebijakan, atau ideologi. Sehingga masing-masing kelompok menganggap pandangan dan prinsipnya yang paling benar. Sementara kelompok yang berseberangan dinilai salah. Pandangan seperti ini berbahaya,” katanya.

Alumni FH Univ. Muhammadiyah Malang ini menegaskan bahwa polarisasi terjadi akibat suatu perubahan framing komunikasi partai politik.

”Perubahan framing terjadi karena perubahan peta atau budaya politik yang diikuti sikap para pendukung partai,” jelasnya.

Meski diakui agak sulit, ketua DPC Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) Madura Raya ini berharap menajamnya polarisasi Pemilu 2019 tak terulang kembali pada Pemilu 2024.

“Tidak boleh ada ruang membuka kotak pandora politik identitas, politisasi agama, dan SARA,” pesannya.

Meski bukan satu-satunya penyebab tunggal, setidaknya menurut pria paruh baya ini ada 4 hal yang harus menjadi komitmen para elite partai, agamawan, tokoh masyarakat, penyelenggara pemilu serta aparat penegak hukum untuk meredam “politik identitas” dan keterbelahan publik dalam kontestasi Pemilu 2024.

Pertama, ada penegakan hukum yang tegas dan adil tanpa diskriminatif terhadap para buzzer politik, timses, relawan, maupun calon presiden apabila terbukti menggunakan “politik identitas” dijadikan sebagai komoditas politik.

Kedua, minimal ada 3 pasang calon presiden, sehingga ada pemecah arus gelombang agar tidak terulang kembali rematch Pilpres 2019 dengan kekuatan head to head tidak bertumpu pada dua kutub paslon.

Ketiga, harus ada konsensus dan komitmen bersama untuk tidak lagi menggunakan narasi politik identitas dan isu-isu SARA yang akan merusak simpul tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keempat, masing-masing calon yang diusung oleh koalisi partai lebih mengedepankan gagasan, visi, misi, dan program dalam berkontestasi untuk memikat hati rakyat.

“Sehingga dengan adu gagasan dan lebih dari dua calon presiden, akan tersedia banyak ruang bagi masyarakat untuk bisa memilih yang terbaik dari yang baik,” pungkasnya. (rj)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *